Beranda | Artikel
Minta Pertimbangan Sebelum Menikah
Sabtu, 17 Agustus 2019

Apa yang mesti dilakukan ketika akan menikah dan sudah mendapatkan calon yang dianggap baik? Langkah selanjutnya adalah meminta pertimbangan sebelum menikah.

Jangan lupa untuk meminta nasihat dari keluarga dan orang-orang yang dapat dipercaya yang mengenal calon pasangan. Karena pihak keluarga, terutama orang tua punya saran-saran yang mesti diperhatikan. Orang-orang yang dapat dipercaya yang dimintai saran adalah teman dekat calon pasangan atau bertanya info tentangnya dari seorang ustadz yang mengenalinya.

Jika ada komentar negatif saat meminta pertimbangan ini, maka itu termasuk ghibah, namun masih termasuk ghibah yang dibolehkan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyarankan pada Fatimah binti Qais radhiyallahu ‘anha untuk menikah dengan Usamah, dibanding dengan dua laki-laki yang telah melamarnya yaitu Mu’awiyah dan Abu Jahm. Beliau berkata pada Fatimah,

أَمَّا أَبُو جَهْمٍ فَلاَ يَضَعُ عَصَاهُ عَنْ عَاتَقِهِ وَأَمَّا مُعَاوِيَةُ فَصُعْلُوكٌ لاَ مَالَ لَهُ انْكِحِى أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ ».فَكَرِهْتُهُ ثُمَّ قَالَ « انْكِحِى أُسَامَةَ ». فَنَكَحْتُهُ فَجَعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا وَاغْتَبَطْتُ بِهِ.

“Abu Jahm itu biasa memukul istri. Sedangkan Mu’awiyah itu miskin (tidak punya banyak harta). Nikahlah saja dengan Usamah bin Zaid.” Fatimah berkata, “Aku awalnya enggan.” Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap mengatakan, “Nikahlah dengan Usamah.” Akhirnya, aku memilih menikah dengan Usamah, lantas Allah mengaruniakan dengan pernikahan tersebut kebaikan. Aku pun berbahagia dengan pernikahan tersebut. (HR. Muslim no. 1480).

Hal ini juga karena agama adalah nasihat sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ

Agama adalah nasihat.” (HR. Muslim, no. 55)

Catatan dari Syaikh Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim:

Dibolehkannya menyebutkan kekurangan salah satu pihak jika memang diperlukan. Akan tetapi jika masih dapat diselesaikan tanpa harus menyebutkan kekurangannya, maka tidak boleh menyebutkannya dan tidak boleh menyebutkan aib pihak lain. (Fiqh As-Sunnah li An-Nisaa’, hlm. 462-463)

Semoga bermanfaat.

Referensi:

Fiqh As-Sunnah li An-Nisaa’. Cetakan, Tahun 1422 H. Syaikh Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim. Penerbit Al-Maktabah At-Taufiqiyyah.


Your brother: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel RemajaIslam.Com


Artikel asli: https://remajaislam.com/1382-minta-pertimbangan-sebelum-menikah.html